Virus Ebola dilaporkan kembali merebak di kawasan Afrika. Menteri Kesehatan Guinea pada Minggu, 14 Februari 2021, mengonfirmasi setidaknya tiga orang telah meninggal akibat virus Ebola di Guinea. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) penyakit ebola merupakan penyakit dengan virus yang menyebabkan kematian tinggi.
Dikutip dari keterangan Kementerian Kesehatan, wabah di Afrika Barat pada Maret 2014 adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak virus ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Negara yang terkena dampak paling parah yakni, Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Enam negara di Afrika Barat yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) yaitu Liberia, Guinea, Sierra Leone, Nigeria, Sinegal, dan Mali dengan jumlah 28.652 kasus, dan 11.325 kematian, dengan total kematian/total kasus 39,52% (data WHO per 10 Juni 2016).
Virus Ebola awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus, merupakan anggota keluarga filovirus. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV). Gejala penyakit virus ebola ini didahului demam yang tiba tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40 50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 21 hari. Virus Ebola ini menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk feses, saliva, urine, bekas muntahan dan sperma) dari hewan atau manusia yang terinfeksi Ebola.
Virus ini dapat masuk ke tubuh orang lain melalui kulit yang terluka atau melalui membrane mukosa yang tidak terlindungi seperti mata, hidung dan mulut. Virus ini juga dapat menyebar melalui jarum suntik dan infus yang telah terkontaminasi. Kelompok yang paling berisiko adalah keluarga, teman, rekan kerja dan petugas medis. Misalnya, mereka yang merawat pasien yang terkena virus Ebola beresiko tertular.
Di rumah sakit, virus ini juga bisa tersebar dengan cepat. Selain itu, penularan juga bisa terjadi jika pelayat menyentuh jenazah yang meninggal karena Ebola. Binatang juga bisa menjadi pembawa virus. Virus ini mampu memperbanyak diri di hampir semua sel inang. Khususnya kelelawar mampu menularkan virus tersebut. Codot dan kalong termasuk jenis kelelawar besar. Di Afrika, sebagian besar jenis hewan ini membawa virus di dalam tubuhnya, termasuk di antaranya virus Ebola. Tidak seperti manusia, kelelawar kebal terhadap virus virus tersebut. Karena sering dijadikan bahan makanan, virus yang terdapat pada daging kelelawar dapat dengan mudah menjangkiti manusia. Sama seperti melakukan pencegahan pada Covid 19, pencegahan dan pengendalian infeksi penyakit virus Ebola adalah menghindari kontak langsung dengan pasien.
Melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) sesuai prosedur. Ada 5 moments dimana harus dilakukan kebersihan tangan yaitu sebelum kontak pasien, setelah kontak pasien, sebelum melakukan tindakan medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Penggunaan APD sesuai dengan prosedur untuk memakai dan melepaskan secara benar. Bahkan, menghindari kontak langsung dengan penderita maupun jenazah penderita penyakit virus ebola adalah cara yang tepat, karena penyakit ini dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Menggunakan alat pelindung diri yang lengkap sesuai SOP dan mencuci tangan sesuai prosedur adalah cara terbaik dalam melindungi diri setelah kontak pasien, sebelum melakukan tindakan medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.
Melakukan vaksinasi bila hendak bepergian ke daerah/negara terjangkit. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati hati dan sesuai dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.